Sabtu, 18 September 2010

Berakhirnya Kerajaan Demak ( Awal baru kerajaan jawa modern )

Standar Kompetensi : 1. Menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia pada Masa Negara-negara Tradisional
Kompetensi Dasar : 1.4. Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara- Negara Kerajaan Islam di Indonesia
Indikator : - Mendeskripsikan muncul dan berkembangnya
kerajaan- kerajaan Islam di berbagai daerah

A.Letak Kerajaan
Kerajaan Demak merupakan kerjaan Islam pertama di Pulau Jawa. Secara geografis kerajaan Demak terletak di kabupaten Demak propinsi Jawa Tengah. Pada awalnya daerah Demak dikenal dengan sebutan Bintoro atau disebut juga Glagah Wangi, yang merupakan ...

kerajaan bawahan Majapahit.

B. Kehidupan Politik
Kerajaan Islam Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1475-1518 M. Di Bintoro Demak. Pada saat itu kerajaan Majapahit sedang mengalami kemunduran, sehingga mudah bagi Raden Patah untuk mendirikan kerajaan sendiri lepas dari kerajaan Majapahit. Berdirinya kerajaan Demak mendapat dukungan penuh dari para Wali Songo, yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam masyarakat. Dalam waktu singkat Demak berhasil menjadi kerajaan besar. Adapun faktor-faktor yang mendorong Demak cepat menjadi kerajaan besar antara lain :
- Letaknya strategis karena di tengah-tengah jalur pelayaran nasional dan dekat dengan muara sungai
- Demak merupakan produsen beras terbesar di Pulau Jawa pada saat itu.
- Mundurnya Kerajaan Majapahit

Raja – raja yang memerintah di kerajaan Demak antara lain :
1. Raden Patah ( 1500 – 1518 )
Nama kecilnya terkenal dengan sebutan Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi raja bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Pada masa pemerintahan Raden Patah, kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting. Untuk itu, dibangunlah Masjid Agung Demak.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, di satu sisi membuat kedudukan Demak semakin penting arti dan peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam. Namun, di sisi lain hal itu juga merupakan ancaman bagi kekuasaan Demak. Oleh karena itu, pada tahun 1513, Demak mengirim armadanya untuk menyerang Portugis di Malaka dibawah pimpinan Pati Unus, putra Raden Patah. Serangan yang dibantu oleh Aceh dan Palembang itu gagal karena kualitas persenjataan yang kurang memadai.

2. Pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 )
Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus. Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di Malaka, sehingga mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makan.

3. Pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 )
Pati Unus tidak memiliki putra. Ketika wafat , tahta kerajaan diganti oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak mencapai masa kejayaan. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana dan gagah berani. Wilayah kekuasaannya sangat luas yaitu meliputi Jawa Timur dan Jawa Barat.
Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat dan merencanakan mendirikan benteng Sunda Kelapa. Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah. Pengiriman pasukan Demak ke Jawa Barat bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis. Tahun 1527 Fatahillah beserta para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Sejak itulah, Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna ( kini dikenal dengan Jakarta )
Sultan Trenggono bercita-cita menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut Sultan Trenggono mengambil langkah sebagai berikut :
- menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin
Fatahillah
- menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang )
dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil
karena Sultan Trenggono meninggal
- mengadakan perkawinan politik. Misalnya :
- Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
- Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
- Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )
- Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon ).

C. Kehidupan Ekonomi
Letak kerajaan Demak yang strategis , sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim. Lagi pula letaknya yang ada di muara sungai Demak mendorong aktivitas perdagangan cepat berkembang. Di samping dari perdagangan, Demak juga hidup dari agraris. Pertanian di Demak tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara. Demak bisa menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.

D. Kehidupan Keagamaan
Berdirinya kerajaan Demak banyak didorong oleh latar belakang untuk mengembangkan dakwah Islam. Oleh karena itu tidak heran jika Demak gigih melawan daerah-daerah yang ada dibawah pengaruh asing. Berkat dukungan Wali Songo , Demak berhasil menjadikan diri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh cukup luas. Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun Masjid Agung Demak sebagai pusatnya.

E. Kehidupan Sosial Budaya
Salah satu peninggalan berharga kerajaan Demak adalah bangunan Masjid Demak yang terletak di sebelah barat alun-alun Demak. Masjid Agung Demak memiliki ciri khas yakni salah satu tiang utamanya terbuat dari tatal ( potongan kayu), atap tumpang, dan di belakngnya terdapat makam raja-raja Demak.

F. Keruntuhan Kerajaan
Sepeninggal Sultan Trenggono, di Demak terjadi pertikaian antar keluarga. Pangeran Sekar Sedo Lepen yang seharusnya menggantikan Sultan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto dengan harapan ia dapat mewarisi tahta kerajaan. Putra Pangeran Sedo Lepen yang bernama Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan beberapa pendukungnya. Naiknya Arya Penangsang ke tahta kerajaan tidak disenangi oleh Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir , menantu Sultan Trenggono. Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Jaoko Tingkir yang selanjutnya memindahkan pusat kerajaan ke Pajang. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Demak pada tahun 1568.

Awal kerajaan demak

Babad adalah cerita rekaan (fiksi) yang didasarkan pada peristiwa sejarah, dimana penulisannya biasanya dalam bentuk macapat (tembang/puisi/syair). Salah satu babad yang sangat terkenal adalah Babad tanah jawa, dimana babad ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.

Meskipun syarat dengan peristiwa sejarah, sifatnya yang fiksi menempatkan babad sebagai referensi sejarah-imajinatif. Babad memiliki sifat religio-magis dan pekat dengan imajinasi. Sifat itu membuat ahli sejarah berada dalam ragu untuk memakai babad sebagai sumber sejarah yang sahih, dan penggunaannya dalam menggali sejarah menuai pro dan kontra. S. Margana dalam buku Pujangga Jawa dan Bayang-bayang Kolonial (2004) mengungkapkan babad merupakan problematik dalam historiografi modern. Para sejarawan kerap memahami babad sebagai tulisan atau sumber sejarah dalam tendensi subjektif. Para sejarawan yang menolak peran babad sebagai sumber sejarah memiliki argumen bahwa babad rentan dengan bias dalam menggambarkan fakta-fakta sejarah. Babad cenderung menjadi percampuran dari fakta dan mitologi. Para sejarawan yang akomodatif justru menerapkan metode dan metodologi tertentu untuk menjadikan babad sebagai sumber informasi mumpuni ketimbang sumber-sumber kolonial.

Terlepas dari pro-kontra tersebut, babad Tanah Jawi merupakan jejak besar dalam membaca (sejarah) Jawa, salah satu diantaranya adalah sejarah Kesultanan Demak Bintoro. Di salah satu bab dalam babad tanah jawa secara singkat diceritakan sejarah berdirinya Kesultanan demak, bagamana perjalannya, dan bagamaimana kerajaan islam pertama di jawa ini berakhir.

Berikut ini adalah terjemahan bebas dari salah satu bab dalam babad tanah jawa yang berisikan kisah kesultanan demak bintoro. Babad tanah jawa yang diambil di sini adalah Babad tanah jawa yang digubah oleh L. VAN RIJCKEVORSEL -Directeur Normaalschool Muntilan dibantu oleh R.D.S. HADIWIDJANA Guru Kweekschool Muntilan yang diterbitkan pada tahun 1925.


Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang +/- tahun 1500 - 1582

Dimulai di tanah jawa ada agama islam pada tahun antara 1400-1425.

Ditahhun 1292 di tanah Perlak di pulau Sumatra sudah ada orang islam; pada tahun 1300 ada orang islam tiggal di Samudra Pasai. Di penghujung abad ke 14 di Malaka juga sudah ada orang islam. Orang Islam tersebut berasal dari Gujarat. Dari malaka itu, agama Islam tersebar ke Tanah Jawa, Tanah China, Indhiya Buri dan Indhiya Ngarep. Yang menyebarkan islam di Jawa pertama kali adalah Pedagang Jawa dari Tuban dan Gresik, yang sering berdagang di Malaka, mereka belajar agama islam, sehingga islam terkadang agak dipaksa. Para pedagang jawa tadi pulang ke Jawa Timur, pedagang Indhu dan Persia juga ada yang ikut masuk ke sana dan ikut menyebarkan agama islam kepada Masyarakat. Yang terkenal adalah Maulana Malik Ibrahim (Berkebangsaan Persia), meninggal di Gresik pada tahun 1419. Hingga sekarang makamnya masih ada.

Setelah kekuasaan kerajaan Majapahit semakin lama semakin surut, para bupati di pesisir merasa makin besar kekuasaannya. Berani melakukan tindakan sekehendaknya. Para bupati tersebut sepertinya telah memeluk islam sejak memasuki abad 16 (tahun 1500 - 1525). Oleh sebab itu kerap terjadi peperangan dengan para raja agama indhu yang berada di jawa bagian tengah.

Menurut Cerita: Sang Prabu Kertawijaya Majapahit itu telah menikah dengan Putri dari Cempa (Tanah Indhiya Buri). Putri Tersebut adalah bibinya Raden Rahmat atau yang dikenal dengan Sunan Ampel (dekat Surabaya). Sunan Ampel punya anak laki-laki satu yang bernama Sunan Bonang, dan Satu anak perempuan bernama Nyai Gedhe Malaka. Nyai Ghede Malaka itu mertua Raden Patah atau Panembahan Jimbun, yaitu yang disebut Sultan Demak Pertama.

Sunan Ngampel dan Sunan Bonang itu termasuk para wali. Para wali itu yang terkenal : Sunan Giri (sebelah selatan Gresik), ada di sana yasa kedhaton dan Masjid; Ki Pandan Arang (di Semarang) dan Sunan Kali Jaga (di Demak). Pada tahun 1458 di Demak sudah ada Masjid bagus.

Di antara para bupati di pesisir, Pati Unus itu yang paling berkuat. Pati Unus juga disebut Pangeran Sabrang Lor. Dia putra Raden Patah atau Panembahan Jimbun. Tahun 1511 Pati Unus menguasai Jepara, pada tahun 1513 menyerang Malaka. Persiapan yang dilakukan dalam rangka penyerangan tersebut membutuhkan waktu tujuh tahun. Dan bisa mengumpulkan kapal hingga sembilan puluh dan 12 ribu prajurit, juga meriam yang sangat banyak. Akan tetapi perlawanan Portugis sangat sengit, hingga Pati Unus dipaksa mundur pulang tanpa hasil.

Pati Unus pada tahun 1518 juga mengalahkan Majapahit, tapi majapahit waktu itu memang tidak sebesar dulu. Kotanya tidak dirusak, hanya pusaka kerajaan dibawa ke Demak serta Pati Unus mengaku menanti Ratu Majapahit.

Pada tahun 1521 Pati Unus meninggal masih muda dan tidak meninggalkan anak. Yang menggantikannya adalah adik yang tinggal satu yaitu Raden Trenggana, karena adiknya yang satu: Pangeran Sekar Seda Lepen, telah dibunuh oleh anaknya Raden Trenggana yang dijuluki Pangeran Mukmin.

Semasa pemerintahan Sultan Trenggana (Tahun 1521 - 1550) Kerajaan Demak sangat berkuasa sekali, Menguasai tanah Jawa Barat, kota-kota di pesisir utara dan juga merebut jajahan majapahit, serta kerajaan Supit Urang (Tumapel) juga menjadi diperintah oleh Demak. Sementara Blambangan itu milik Bali.

Pelabuhan milik Demak banyak yang ramai,seperti Jepara, Tuban, Gresik, dan Jaratan. Gresik dan Jaratan yang paling ramai, orang yang tinggal di sana ada 23 ribu.

Pada tahun 1546 Sunan Gunung Jati dengan Sultan Trenggana ingin menyerang Pasuruhan. Kota Pasuruhan Lalu dikepung oleh bala tentara, akan tetapi belum sempat menyerang, pengepungan dibatalkan, karena Sultan Trengganan meninggal dicelakai oleh salah seorang saudara santana.

Anak Sultan Trenggana banyak, Anak-anaknya menikah dengan bangsawan - bangsawan besar. Ada yang menikah dengan bupati di Pajang yang bernama Adiwijaya, yaitu Mas Karebet, Ki Jaka Tingkir atau Panji Mas.

Anak Sultan Trenggana ada dua: Pangeran Mukmin atau Sunan Prawata, dan Pangeran Timur yang nantinya menjadi adipati di Madura. Sunan Prawata itu yang membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen.

Anak Pangeran Sekar Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang ingin balas dendam kematian bapaknya. Sejak usaha membunuh Pangeran Mukmin beserta istri, kemudian anak menantu Sultan Trenggana tidak berhasil, justru Arya Panangsang diperangi kalah dan mati.

Adiwijawa kemudian menguasai Tanah Jawa: membawa pusaka kerajaan ke Pajan dan kemudian diangkat Sultan oleh Sunan Giri. Ketika Adiwijaya menjadi raja di Pajang, Blambangan dan Panarukan dimiliki Raja Agama Syiwah di Blambangan, yang juga memerintah Bali dan Sumbawa (tahun 1575)

Jajahan-jajahan di pajang diperintah oleh pangeran (adipati) yaitu : Surabaya, Tuban, Pati, Demak, Pemalang (Tegal), Purbaya (Madiyun), Blitar (Kedhiri), Selarong (Banyumas), Krapyak (Kedhu bagian selatan barat, sebelah barat Bengawan Solo.

Ada di Tanah Pasundhan kerajaan Pajang hampir tidak punya kekuasaan, karena pada tahun +/- 1568 tanah Banten dimerdekakan oleh Hasanuddin mejadi tanah kesultanan.